BALI (01/09) – Ketua Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN) Ws. Adhinata Lee, dalam dialog kebangsaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Bali di Hotel Harris Denpasar, Minggu (28/08/22) menyampaikan 3 hal penting dalam bernegara sesuai dengan perspektif Konghucu.
“Negara kita terdiri dari berbagai etnis, wilayah yang luas, juga berbagai aliran kepercayaan yang ada. Ada 3 poin kebangsaan sesuai dengan perspektif Konghucu, terutama harus ada makanan, kemudian persenjataan, dan yang ketiga adalah kepercayaan rakyat.”
Menurutnya, ketika dihadapkan dengan kondisi tidak ideal di mana ketiga poin tersebut tidak bisa dilakukan seluruhnya, maka ada prioritas yang bisa dihilangkan, yang pertama adalah senjata.
“Jika dalam bernegara tidak bisa kita penuhi semua, maka hal pertama yang bisa ditinggalkan adalah senjata. Senjata bukan prioritas utama karena sifatnya hanya alat untuk melakukan perlawanan dan bertahan,” ujar Adhinata.
Baca juga : Sekretaris MUI Bali sebut PKS Partai Islam Inklusif dalam Dialog Kebangsaan Tokoh Umat dan Masyarakat Bali
Selanjutnya, jika masih kekurangan juga, maka makanan juga bisa dikurangi, sekadar untuk bertahan hidup seluruh rakyat.
“Jika masih kekurangan, yang bisa dikurangi lagi adalah makanan. sekadar untuk mengisi perut sudah cukup. Yang paling penting adalah kepercayaan. Ketika senjata dan makanan tidak ada, maka kepercayaan rakyat jangan sampai hilang. Untuk kita melaksanakan tugas negara dan bertahan demi negara yang kita cintai,” lanjutnya.
Menurutnya, prinsip tersebut juga sesuai dengan nama PKS, Partai Keadilan Sejahtera.
“Nama PKS sudah selaras dengan Konghucu, harus ada keadilan. Tanpa keadilan maka tidak ada persatuan, tanpa keadilah tidak ada kesejahteraan,” kata Adhinata.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menjaga marwah bangsa Indonesia khususnya di Bali dan terus menjalin silaturahim antar umat beragama.
“Mudah-mudahan dengan adanya silaturahmi kebangsaan, juga performa ketua PKS yang begitu cool, ke depannya semua kader PKS mencerminkan hal seperti itu,” tutupnya.
Selain dari ketua MATAKIN, dialog Kebangsaan juga menghadirkan beberapa tokoh dan pemuka agama antara lain ketua Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Ida Pengelingsir Agung Putra Sukahet, Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Made Bandem Dananjaya, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali H. Jumari.
(AS)
2 Comments on “Ketua MATAKIN Bali Ws. Adhinata Lee: Tanpa Keadilan, Tidak Ada Persatuan dan Kesejahteraan”